Selain Bell’s palsy, wajah tidak simetris lainnya adalah Hemifacial Spasm. ”Bell’s palsy dan Hemifacial Spasm sama-sama dipicu masalah saraf nomor 7. Jika Bell’s palsy terjadi karena syaraf nomor 7 lumpuh. Hemi facial spasm terjadi karena syaraf nomor 7 terjepit pembuluh darah,” terang dr M Sofyanto Sp.BS.

Menurut Sofyanto yang dokter spesialis bedah syarat itu, syaraf nomor 7 mengendalikan kantung air mata sehingga mata bisa membuka dan menutup, gerak pipi, bibir atas, bibir bawah, dan sebagian leher. Kelumpuhan syaraf nomor 7 atau Bell’s palsy biasanya menyerang manusia di usia 40-50 tahun yang disebabkan infeksi virus, alergi, daya tahan tubuh menurun, dan trauma. ”Yang paling banyak adalah pembengkakan syaraf nomor 7 yang dipicu virus. Daya tahan tubuh penderita menurun sehingga virus dapat berkembang,” terang dr. Sofyan –panggilannya.

Dokter yang mendalami ilmu bedah syaraf hingga ke Jepang ini menjelaskan, hingga saat ini tak obat yang menyembuhkan Bell’s palsy. Sebab, saraf akan kembali secara spontan. Namun, berapa lama syaraf kembali spontan belum diketahui secara pasti.

Sambil menunggu syaraf kembali spotan, kata dr Sofyan, bisa diberikan obat anti inflamasi (anti pembengkakan) dan vitamin-vitaman untuk stamina tubuh. Selain itu, pasien Bell’s palsy juga harus menjalani fisioterapi, penghangatan di sekitar wajah serta latihan intensif di otot-otot wajah.

Apa saja gejala Bell’s palsy? Menurut dr Sofyan, tidak ada gejala sistemik. Paling banyak penderita langsung mendapatkan wajahnya penceng saat bangun tidur. Dengan wajah terasa tebal, kemampuan sensorik (merasakan) kulit melemah, daerah pipi dan bibir melorot serta mata yang tidak bisa dipejamkan. ”Pencegahan adalah menjaga daya tubuh dan tidak terpapar angin dingin secara terus menerus dalam waktu yang lama,” sebutnya.

Sedangkan untuk Hemifacial Spasm, kata dr Sofyan, syaraf nomor 7 terjepit pembuluh darah dalam otak hingga terjadi penekanan di syaraf pengatur wajah tersebut. Terjadilah kontraksi tak terkendali dan wajah kedutan terus-menerus hingga menceng.Berbeda dengan Bell’s palsy, pasien Hemifacial Spasm akan mengalami mata tertutup dan sulit dibuka serta pipi dan bibir tertarik ke atas, bukan menggelantung ke bawah. ”Berbeda dengan Bell’s palsy, Hemifacial Spasm ini terjadi karena spontan dan tidak dapat dicegah,” ungkapnya.

Kortex Comprehensive Brain Spine Center memahami dengan baik kebutuhan pelayanan bedah saraf secara personal dengan fasilitas tehnologi kedokteran canggih dan sentuhan budaya lokal yang ramah. Dengan tim dokter yaitu dr. M. Sofyanto, Sp.BS, dr. Gigih Pramono, Sp.BS, dr. Agus Anab, SP.BS, dr. Budi Setiawan, Sp.BS, dr. Bambang Kusnardi, Sp.S yang berpraktik di National Hospital, Manyar Medical Center Surabaya, dan Persada Hospital Malang. Kunjungi Instagram dan youtube kami di @kortexid